Senin, 09 Januari 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak sekali permasalah yang dihadapi oleh para guru dalam melakukan penilaian terhadap sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Itu di karenakan karena banyak para guru tidak mengetahui bagaimana format observasi untuk mengamati dan mengukur sikap siswa dalam pembelajaran. Masalah tersebut muncul dari keabstrak-an  fenomena sikap, yang masih berupa konsep/konstruk umum, yang sulit diamati dan diukur, jika belum dijabarkan dan didefinisikan menjadi indikator dan deskriptor indikator tersebut disusun dari amatan perilaku-perilaku yang ditampilkan siswa selama mengikuti pembelajaran, yang diasumsikan sebagai cerminan sikap siswa.
Jadi dalam makalah ini akan dipaparkan tentang pengertian penilaian sikap, manfaat penilaian sikap, komponen penilaian sikap, tingkatan penilaian sikap, objek penilaian sikap,tehnik penilaian sikap serta contoh penilaian  sikap supaya para guru atau kita sebagai calon pendidik agar nantinya bisa melakukan observasi terhadap anak didik kita serta melakukan penilaian dengan baik.
B.   RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian penilaian sikap?
  2. Apakah manfaat penilaian sikap?
  3. Bagaimana Komponen dan tingkatan penilaian sikap?
  4. Apa saja yang menjadi objek penilaian sikap dalam proses pembelajaran?
  5. Bagaimana tehnik penilaian sikap?
C.   TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian penilaian sikap
2.      Untuk mengetahui manfaat penilaian sikap
3.      Untuk mengetahui Komponen dan tingkatan penilaian sikap
4.      Untuk memahami objek penilaian sikap dalam proses pembelajaran
5.      Untuk mengetahui Bagaimana tehnik penilaian sikap.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN PENILAIAN SIKAP
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa Penilaian Sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti Penilaian Sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, Penilaian Sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, Penilaian Sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka Terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan Sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
Penilaian Sikap  adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) Penilaian Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Penilaian Sikap peserta didik terhadap objek misalnya Penilaian Sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Penilaian Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Penilaian Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat Penilaian Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
B.   MANFAAT PENILAIAN SIKAP
ü  Penilaian Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental function).Seseorang mengambil Penilaian Sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek Penilaian Sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai Penilaian Sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil Penilaian Sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
ü  Penilaian Sikap sebagai fungsi pengetahuan. Ini berarti bahwa bagaimana Penilaian Sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada Penilaian Sikap orang itu terhadap objek tersebut. Siswa mempunyai Penilaian Sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan berPenilaian Sikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Penilaian Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek Penilaian Sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai Penilaian Sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. Jadi harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat Memberikan Penilaian Sikap terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu Penilaian Sikap. Dari informasi yang didapatkan itu akan menimbulkan berbagai macam perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek.



C.   KOMPONEN PENILAIAN SIKAP
Menurut Walgito, “Penilaian Sikap mengandung tiga komponen: kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component).
ü  Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik Penilaian Sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
ü  Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen Penilaian Sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah Penilaian Sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
ü  Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan Penilaian Sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa Penilaian Sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.



D.   TINGKATAN PENILAIAN SIKAP
Menurut Azwar (2005) Penilaian Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
ü  Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
ü  Merespon (responding).
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi Penilaian Sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
ü  Menghargai (valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi Penilaian Sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai Penilaian Sikap positif terhadap gizi anak.
ü   Bertanggung jawab (responsible).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai Penilaian Sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.


E.   OBJEK PENILAIAN SIKAP DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1.      PENILAIAN SIKAP TERHADAP MATERI PELAJARAN
Siswa perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan Penilaian Sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang Penilaian Sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2.      PENILAIAN SIKAP TERHADAP GURU/PENGAJAR
Siswa perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki Penilaian Sikap yang tidak positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki Penilaian Sikap negative terhadap guru pengajar akan sukr menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3.      PENILAIAN SIKAP TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Siswa juga perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang belangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajaran.

F.   TEHNIK PENILAIAN PENILAIAN SIKAP
1.      OBSERVASI PERILAKU
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi, dapat dipahami sebagai ecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2.      PERTANYAAN LANGSUNG
Guru juga dapat mennyakan secara lngsung tentang Penilaian Sikap siswa berkaitan dengan sesuaut hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakkan yang baru diberlakukan di sekolah tentang “ Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi jawaban dapat dipahami Penilaian Sikapnya terhadap objek Penilaian Sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai Penilaian Sikap dan membina siswa.
3.      LAPORAN PRIBADI
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal, yang menjadi objek Penilaian Sikap. Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa tersebut dapat dapat dibaca dan dipahami kecenderungan Penilaian Sikap yang dimilikinya  Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan menilai Penilaian Sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu lebih banyak untuk membaca dan memahami Penilaian Sikap seluruh siswa
4.      SKALA PENILAIAN SIKAP
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur Penilaian Sikap. Dalam naskah ini akan diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Teknik pengembangan dan penggunaan kedua model tersebut akan diuraikan secara lebih rinci dalam bab berikut.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala Penilaian Sikap. Hasilnya berupa kategori Penilaian Sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Penilaian Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen Penilaian Sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, Penilaian Sikap   selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala Penilaian Sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala Penilaian Sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
G.  CONTOH PENILAIAN SIKAP
Kompetensi siswa dalam Penilaian Sikap yang perlu dinilai utamanya menyangkut perilaku siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian Penilaian Sikap dilakukan melalui dua hal yaitu:
ü  laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
ü  pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Penilaian Sikap tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1.      Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2.      Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas  dalam merespon, mematuhi peraturan
3.      Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4.      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai












Contoh Format Penilaian Sikap
Mata Pelajaran:                                                                        
Semester:
Kelompok             : ____________________                                               Kelas     : ________


NAMA SISWA
NO. ABSEN
ASPEK PENILAIAN SIKAP
JUMLAH SKOR




NILAI





Komitmen Tugas (hasil tugas)
Kerjasama
Ketelitian
Minat





























Contoh:
Sikap Siswa pada dimensi sosial
Indikator: Kerja sama
Deskriptor:
Mengajak teman lain untuk melakukan tugas kelompok secara bersama-sama.
Membantu teman yang mengalami kesulitan belajar/memahani materi kelompok.
Tidak memilih-milih teman dalam melakukan tugas kelompok
Sikap Siswa  pada Dimensi Penampilan
Indikator: kerapian dan kebersihan pakaian
Deskriptor:
Berpakaian bersih
Berseragam lengkap sesuai aturan
Berpakaian rapi
Tetap menjaga kebersihan selama mengikuti pelajaran.









Contoh Lembar Pengamatan Untuk Mengukur Dan Menilai Sikap Siswa
NAMA :………………..
KELAS :………………..
NO
INDIKATOR
DESKRIPTOR
JML
1
2
3
4
5
123
Kerja samaTanggung jawab……………..
Mengajak teman melaksanakan gerak bersamaMau menerima konsekuensi dari tindakannya
Berbagi kesempatan dalam melakukan gerak permainanMau dan berusaha melakukan tugas gerak secara sungguh-sungguh
Tidak mendominasi alat pembelajaranTidak mengelak dan menghindar dari tugas
Membantu teman yang mengalami kesulitanSetelah menerima masukan segera diperbaiki
Tidak memilih teman dalam melakukan tugas gerakAktif bertindak untuk memperlancar proses pembelajaran









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penilaian yang di lakukan guru dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk mem-perbaiki proses pembelajaran (evaluasi proses/ formatif /diagnotif/ motifatif), juga bisa difungsikan sebagai evaluasi produk (sumatif). Dari sisi siswa, alat ini dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk melakukan self-evaluation yaitu untuk melibatkan siswa dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian ini tidak dialokasikan dalam waktu yang khusus, tetapi dilakukan setelah pemberian materi, bersamaan dengan proses mengendalikan dan mengevaluasi/mengkoreksi siswa yang sedang melakukan gerak tertentu,atau pada situasi-situasi khusus.







DAFTAR PUSTAKA
Budiwanto, Setyo & Muarifin. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran. Malang.
Sanjaya,Wina.2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.