BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa
ini banyak sekali permasalah yang dihadapi oleh para guru dalam melakukan
penilaian terhadap sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Itu di karenakan
karena banyak para guru tidak mengetahui bagaimana format observasi untuk
mengamati dan mengukur sikap siswa dalam pembelajaran. Masalah tersebut
muncul dari keabstrak-an fenomena sikap, yang masih berupa
konsep/konstruk umum, yang sulit diamati dan diukur, jika belum dijabarkan dan
didefinisikan menjadi indikator dan deskriptor indikator tersebut disusun dari
amatan perilaku-perilaku yang ditampilkan siswa selama mengikuti pembelajaran,
yang diasumsikan sebagai cerminan sikap siswa.
Jadi
dalam makalah ini akan dipaparkan tentang pengertian penilaian sikap, manfaat penilaian
sikap, komponen penilaian sikap, tingkatan penilaian sikap, objek penilaian
sikap,tehnik penilaian sikap serta contoh penilaian sikap supaya para guru atau kita sebagai calon
pendidik agar nantinya bisa melakukan observasi terhadap anak didik kita serta
melakukan penilaian dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian penilaian sikap?
- Apakah manfaat penilaian sikap?
- Bagaimana Komponen dan tingkatan penilaian sikap?
- Apa saja yang menjadi objek penilaian sikap dalam proses pembelajaran?
- Bagaimana tehnik penilaian sikap?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian
penilaian sikap
2. Untuk mengetahui manfaat penilaian
sikap
3. Untuk mengetahui Komponen dan
tingkatan penilaian sikap
4. Untuk memahami objek penilaian sikap
dalam proses pembelajaran
5. Untuk mengetahui Bagaimana tehnik
penilaian sikap.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENILAIAN SIKAP
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Penilaian Sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah
keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada
keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa
sesuatu seperti Penilaian Sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah
tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi
lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan
minat, Penilaian Sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia
belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi
pengatur penting minat, Penilaian Sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan
pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang
bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan
personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
Terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan Sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
Penilaian Sikap adalah penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) Penilaian
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif
atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Penilaian Sikap
peserta didik terhadap objek misalnya Penilaian Sikap terhadap sekolah atau
terhadap mata pelajaran. Penilaian Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Penilaian Sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat Penilaian
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
B.
MANFAAT
PENILAIAN SIKAP
ü Penilaian Sikap sebagai instrumen
atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental function).Seseorang mengambil
Penilaian Sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana
objek Penilaian Sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam
pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai Penilaian Sikap yang positif
terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga
sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil
Penilaian Sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungannya.
ü Penilaian Sikap sebagai fungsi
pengetahuan. Ini berarti bahwa bagaimana Penilaian Sikap seseorang terhadap
sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut.
Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu
akan berpengaruh pada Penilaian Sikap orang itu terhadap objek tersebut. Siswa
mempunyai Penilaian Sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam
pandangannya, dan ia akan berPenilaian Sikap negatif terhadap objek yang
dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Penilaian Sikap ini
kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama
lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek Penilaian Sikap dapat
bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai Penilaian Sikap
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Jadi harus ada sekedar informasi pada
seseorang untuk dapat Memberikan Penilaian Sikap terhadap suatu objek.
Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu Penilaian Sikap. Dari informasi
yang didapatkan itu akan menimbulkan berbagai macam perasaan positif atau
negatif terhadap suatu objek.
C.
KOMPONEN
PENILAIAN SIKAP
Menurut Walgito, “Penilaian Sikap
mengandung tiga komponen: kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif
(perilaku atau action component).
ü Komponen kognitif merupakan
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik Penilaian Sikap,
komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah
isu atau problem yang kontroversial.
ü Komponen afektif merupakan perasaan
yang menyangkut aspek emosional.Aspek emosional inilah yang biasanya berakar
paling dalam sebagai komponen Penilaian Sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah Penilaian
Sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
ü Komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan Penilaian Sikap yang dimiliki
oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak /
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek
yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa Penilaian Sikap
seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
D.
TINGKATAN
PENILAIAN SIKAP
Menurut Azwar (2005) Penilaian Sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
ü Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
ü Merespon (responding).
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi Penilaian Sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
ü Menghargai (valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi Penilaian Sikap
tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai Penilaian Sikap positif terhadap gizi
anak.
ü Bertanggung jawab (responsible).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunyai Penilaian Sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
E.
OBJEK
PENILAIAN SIKAP DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1. PENILAIAN
SIKAP TERHADAP MATERI PELAJARAN
Siswa perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap mata
pelajaran. Dengan Penilaian Sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih
mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu
menilai tentang Penilaian Sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2. PENILAIAN
SIKAP TERHADAP GURU/PENGAJAR
Siswa perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap guru,
yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki Penilaian Sikap yang
tidak positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
Dengan demikian, siswa yang memiliki Penilaian Sikap negative terhadap guru
pengajar akan sukr menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3. PENILAIAN
SIKAP TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Siswa juga perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup:
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses
pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang
belangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi
terhadap penyerapan materi pelajaran.
F.
TEHNIK
PENILAIAN PENILAIAN SIKAP
1. OBSERVASI
PERILAKU
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi, dapat
dipahami sebagai ecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru
dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2. PERTANYAAN
LANGSUNG
Guru juga dapat mennyakan secara lngsung tentang Penilaian
Sikap siswa berkaitan dengan sesuaut hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa
tentang kebijakkan yang baru diberlakukan di sekolah tentang “ Peningkatan
Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi
jawaban dapat dipahami Penilaian Sikapnya terhadap objek Penilaian Sikap
tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai Penilaian Sikap
dan membina siswa.
3. LAPORAN
PRIBADI
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa diminta
membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah,
keadaan, atau hal, yang menjadi objek Penilaian Sikap. Misalnya, siswa diminta
menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir
ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa tersebut dapat dapat
dibaca dan dipahami kecenderungan Penilaian Sikap yang dimilikinya Teknik ini agak sukar digunakan dalam
mengukur dan menilai Penilaian Sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan
waktu lebih banyak untuk membaca dan memahami Penilaian Sikap seluruh siswa
4. SKALA
PENILAIAN SIKAP
Ada
beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur Penilaian
Sikap. Dalam naskah ini akan diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi
Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales).
Dua model ini dipilih karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh
guru dalam proses pembelajaran di kelas. Teknik pengembangan dan penggunaan
kedua model tersebut akan diuraikan secara lebih rinci dalam bab berikut.
Skala
yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala Penilaian Sikap. Hasilnya berupa kategori Penilaian
Sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Penilaian
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga
komponen Penilaian Sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi
berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi
berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
Penilaian Sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek
tertentu.
Skala
Penilaian Sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah
satu skala Penilaian Sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya
pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
G. CONTOH PENILAIAN SIKAP
Kompetensi siswa dalam Penilaian
Sikap yang perlu dinilai utamanya menyangkut perilaku siswa dalam belajar.
Secara teknis penilaian Penilaian Sikap dilakukan melalui dua hal yaitu:
ü laporan diri oleh siswa yang
biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
ü pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Penilaian Sikap tidak dapat diukur
seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi
kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan
perhatian
2. Merespon, meliputi merespon
secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam
merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu
nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi
mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem
suatu nilai
Contoh Format Penilaian Sikap
Mata Pelajaran:
Semester:
Kelompok :
____________________ Kelas : ________
NAMA SISWA
|
NO. ABSEN
|
ASPEK PENILAIAN SIKAP
|
JUMLAH SKOR
|
NILAI
|
|||
Komitmen Tugas (hasil tugas)
|
Kerjasama
|
Ketelitian
|
Minat
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh:
Sikap Siswa pada dimensi sosial
Indikator:
Kerja sama
Deskriptor:
Mengajak teman lain untuk melakukan
tugas kelompok secara bersama-sama.
Membantu teman yang mengalami
kesulitan belajar/memahani materi kelompok.
Tidak memilih-milih teman dalam
melakukan tugas kelompok
Sikap Siswa pada
Dimensi Penampilan
Indikator:
kerapian dan kebersihan pakaian
Deskriptor:
Berpakaian bersih
Berseragam lengkap sesuai aturan
Berpakaian rapi
Tetap menjaga kebersihan selama
mengikuti pelajaran.
Contoh Lembar Pengamatan Untuk Mengukur
Dan Menilai Sikap Siswa
NAMA :………………..
KELAS :………………..
NO
|
INDIKATOR
|
DESKRIPTOR
|
JML
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
123
|
Kerja samaTanggung jawab……………..
|
Mengajak teman melaksanakan gerak bersamaMau menerima
konsekuensi dari tindakannya
|
Berbagi kesempatan dalam melakukan gerak permainanMau dan
berusaha melakukan tugas gerak secara sungguh-sungguh
|
Tidak mendominasi alat pembelajaranTidak mengelak dan
menghindar dari tugas
|
Membantu teman yang mengalami kesulitanSetelah menerima
masukan segera diperbaiki
|
Tidak memilih teman dalam melakukan tugas gerakAktif
bertindak untuk memperlancar proses pembelajaran
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil
penilaian yang di lakukan guru dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk
mem-perbaiki proses pembelajaran (evaluasi proses/ formatif /diagnotif/
motifatif), juga bisa difungsikan sebagai evaluasi produk (sumatif). Dari sisi
siswa, alat ini dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk melakukan self-evaluation
yaitu untuk melibatkan siswa dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian ini tidak
dialokasikan dalam waktu yang khusus, tetapi dilakukan setelah pemberian
materi, bersamaan dengan proses mengendalikan dan mengevaluasi/mengkoreksi
siswa yang sedang melakukan gerak tertentu,atau pada situasi-situasi khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Budiwanto, Setyo & Muarifin.
2006. Evaluasi dalam Pembelajaran. Malang.
Sanjaya,Wina.2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.